بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Dari Ubay bin Ka’ab bahwasannya Rasulullah Saw bersabda:
لا تسبوا الريح, فإذا رأيتم ما
تكرهون فيقولوا: اللهم إن نسألك من خير هذه الريح وخير ما فيها وخير ما
أمرت به, ونعوذ بك من شرهذه الريح وشر ما فيها وشر ما أمرت به
Assabbu maknanya adalah mencaci,
melaknat, mencela atau yang serupa dengannya. Mencela angin dilarang
karena dia adalah makhluk Allah. Dan mencela makhluk berarti mencela
pencipta makhluk itu(Allah).
Hadits diatas menujukkan bahwasannya
apabila kita melihat sesuatu yang tidak kita sukai dari angin yang
menakutkan maka maka kita kembalikan kepada Robb kita dengan
mentauhidkan-Nya. (Fathul Majid, Syaikh Abdurraman bin Hasan
Alus-Syaikh, hal 559).
Terkadang didalam berhembusnya angin
terdapat kebaikan dan terkadang pula terdapat keburukan. Yaitu terkadang
dia membawa angin kencang yang bisa menumbangkan pepohonan, merobohkan
rumah-rumah, dan membawa badai yang bisa menumpahkan air laut. Dan
terkadang juga dia membawa angin yang tenang, udara yang sejuk, dan
membuat orang lebih bersemangat dalam bekerja. (Al-Qoulul Mufid, Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, 3/140-141)
Kebaikan apa yang diperintahkan kepadanya
yaitu seperti dia menerbangkan awan kemudian menurunkan hujan sesuai
yang dikehendaki oleh Allah. Adapun keburukan yang diperintahkan
kepadanya adalah dia mampu membinasakan suatu kaum sebagaimana
disebutkan dalam surat Al- Ahqaf 25:
تُدَمِّرُ كُلَّ شَيْءٍ بِأَمْرِ رَبِّهَا فَأَصْبَحُوا لا يُرَى إِلا مَسَاكِنُهُمْ كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ
“Yang menghancurkan segala sesuatu
dengan perintah Tuhannya, Maka jadilah mereka tidak ada yang kelihatan
lagi kecuali (bekas-bekas) tempat tinggal mereka. Demikianlah kami
memberi balasan kepada kaum yang berdosa”.
Dia juga bisa menghancurkan tanaman dan jalan, itu semua terjadi adalah mengandung hikmah yang besar.
Perintah disini adalah perintah perintah
yang hakiki, semua makhluk tunduk kepad perintah Allah sebagaimana
FirmanNya dalam surat Fussilat 11
ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاءِ
وَهِيَ دُخَانٌ فَقَالَ لَهَا وَلِلأرْضِ اِئْتِيَا طَوْعًا أَوْ كَرْهًا
قَالَتَا أَتَيْنَا طَائِعِينَ
“Kemudian dia menuju kepada
penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu dia Berkata
kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku
dengan suka hati atau terpaksa”. keduanya menjawab: “Kami datang dengan
suka hati”.
Beberapa faidah yang bias kita petik dari pembahasan adalah :
1. Larangan mecaci angin, larangan disini
adalah larangan yang hukumnya haram, karena mencacinya berarti mencaci
yang mengutusnya.
2. Dianjurkan untuk mengucapkan perkataan
yang bermanfaat apabila seseorang melihat sesuatu yang dibencinya,
sebagaimana dianjurkan untuk membaca doa diatas.
3. Dalam hadits diatas juga menunjukkan bahwa angin itu juga diperintah oleh Allah.
4. Bahwa terkadang angin diperintahkan dengan membawa kebaikan dan terkadang diperintahkan dengan membawa keburukan.
Jadi kesimpulannya bahwasannya tidak
diperbolehkan bagi manusia menyalahkan takdir Allah, dan mencaciny, dan
wajib bagi kita untuk berserah diri kepada takdir kauni-Nya sebagaimana kita berserah diri kepada takdir syar’i-Nya, karena makhluk-makhluk itu tidak melakukan sesuatu kecuali atas perintah Allah.
والله أعلمُ بالـصـواب
Daftar Pustaka
- Al Qur-anul Karim
- Al-Qoulul Mufid, Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin
- Fathul Majid, Syaikh Abdurroman bin Hasan Alus-Syaikh
Posting Komentar