Kesesatan Aqidah ALBARZANJI Dalam Kitab maulid Albarzanji [upaya menyingkap mitologi sastra kaum kaum kuffar, paganis dan musyrikin]

0 komentar
Bila anda perhatikan rangkaian bacaran sastra, sekedar melihat kemampuan balaghohnya, tentu akan tercengang , terbius ungkapan pengarangnya. Sebenarnya hanya sebuah susunan dan rangkaian kata penyesatan melalui retorika bahasa . Lihatlah syirik besar dalam AL- BARZANJI, yang bisa menjatuhkan orang muslim kedalam kekafiran syar'i karena melawan tauhid. 

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

أَبْتَدِئُ الْإِمْلَاءَ بِاسْمِ الذَّاتِ الْعَلِيَّة * مُسْتَدِرًّا فَيْضَ الْبَرَكَاتِ عَلَى مَا أَنَالَهُ وَأَوْلَاه * وَأُثَنِّيْ بِحَمْدٍ مَوَارِدُهُ سَائِغَةٌ هَنِيَّة * مُمْتَطِيًا مِنَ الشُّكْرِ الْجَمِيْلِ مَطَايَاه * وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ بِالتَّقَدُّمِ وَالْأَوَّلِيَّة * الْمُنْتَقِلِ فِي الْغُرَرِ الْكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاه * وَأَسْتَمْنِحُ اللهَ تَعَالَى رِضْوَانًا يَخُصُّ الْعِتْرَةَ الطَّاهِرَةَ النَّبَوِيَّة * وَيَعُمُّ الصَّحَابَةَ وَالْأَتْبَاعَ وَمَنْ وَالَاه * وَأَسْتَجْدِيْهِ هِدَايَةً لِسُلُوْكِ السُّبُلِ الْوَاضِحَةِ الْجَلِيَّة * وَحِفْظًا مِنَ الْغَوَايَةِ فِيْ خِطَطِ الْخَطَأِ وَخُطَاه * وَأَنْشُرُ مِنْ قِصَّةِ الْمَوْلِدِ النَّبَوِيِّ الشَّرِيْفِ بُرُوْدًا حِسَانًا عَبْقَرِيَّة * نَاظِمًا مِنَ النَّسَبِ الشَّرِيْفِ عِقْدًا تُحَلَّى الْمَسَامِعُ بِحُلَاه * وَأَسْتَعِيْنُ بِحَوْلِ اللهِ تَعَالَى وَقُوَّتِهِ الْقَوِيَّة * فَإِنَّهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِالله *

Aku mulai membacakan dengan nama Dzat Yang Mahatinggi.
Dengan memohon limpahan keberkahan atas apa yang Allah berikan dan karuniakan kepadanya (Nabi Muhammad Shallallahu’alayhi wasallam). Aku memuji dengan pujian yang sumbernya selalu membuatku menikmati. Dengan mengendarai rasa syukur yang indah. Aku pohonkan shalawat dan salam (rahmat dan kesejahteraan) atas cahaya yang disifati dengan kedahuluan (atas makhluk lain) dan keawalan (atas seluruh makhluk). Yang berpindah-pindah pada orang-orang yang mulia.Aku memohon kepada Allah karunia keridhaan yang khusus bagi keluarga beliau yang suci. Dan umumnya bagi para sahabat, para pengikut, dan orang yang dicintainya. Dan aku meminta tolong kepada-Nya agar mendapat petunjuk untuk menempuh jalan yang jelas dan terang. Dan terpelihara dari kesesatan di tempat-tempat dan jalan-jalan kesalahan.

Aku sebar luaskan kain yang baik lagi indah tentang kisah kelahiran Nabi Shollallahu’alayhi wa sallam. Dengan merangkai puisi mengenai keturunan yang mulia sebagai kalung yang membuat telinga terhias dengannya. Dan aku minta tolong dengan daya Allah Ta‘ala dan kekuatan-Nya yang kuat. Karena, sesungguhnya tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah

Coba perhatikan kalimat ini :

وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى النُّوْرِ الْمَوْصُوْفِ بِالتَّقَدُّمِ وَالْأَوَّلِيَّة * الْمُنْتَقِلِ فِي الْغُرَرِ الْكَرِيْمَةِ وَالْجِبَاه

Aku pohonkan shalawat dan salam (rahmat dan kesejahteraan) atas cahaya yang disifati dengan kedahuluan (atas makhluk lain) dan keawalan (atas seluruh makhluk). Yang berpindah-pindah pada orang-orang yang mulia

Entah Al Barzanji oleh sebab terlalu sibuk mengurai sejarah kelahiran Nabi Muhammad dengan ungkapan sastra, hingga menyesatkan diri dalam kata kata sastra yang fatal. Tidak berdaya menjinakkan dirinya sendiri, terbawa lamunan sesatnya dengan menyebut Nabi Muhammad adalah "Nur" yang awal adanya, yang mendahului semua mahluk, indikatifnya Al Barzanji terperosok pada mitos palsu dengan mengedepankan kebohongan publik, bahwa Nabi Muhammad adalah awalnya "nur" . sebagaimana dalam kitab Daqaaiq al akhbar". sifar Nur Nabi secara dusta ini di bahas sedemikian rupa yang menjadi latar belakang dari semua alam, termasuk jenis manusia.

Pertama Al-barzanji telah membuat dusta kepada Allah, seolah Allah sebelum menciptakan alam semesta, lebih dulu menciptakan "nur Muhammad", Ini sama saja dengan kitab Injil yang menyatakan Yesus itu adalah Alfa dan omega [Awal dan akhir], kemungkinan besar Al Barzanji terpengaruh mitos Injil yang menyatakkan demikian, sehingga menyebut Nabi Muhammad bukan saja penghulu semua Nabi, tetapi menyebut Nabi Muhammad awal mula dari seluruh kejadian makhluq. Ini tentu kekafiran yang fatal yang pernah ada dalam kitab albarzanji. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda (artinya):

“Yang pertama kali Allah ciptakan adalah al-Qalam (pena), lalu Allah berfirman kepadanya: ‘Tulislah!’ Ia menjawab: ‘Wahai Rabb-ku apa yang harus aku tulis?’ Allah berfirman: ‘Tulislah taqdir segala sesuatu sampai terjadinya hari Kiamat.’”

(HR. Abu Dawud [no. 4700], Shahih Abi Dawud [no. 3933], at-Tirmidzi [no. 2155, 3319], Ibnu Abi ‘Ashim dalam as-Sunnah [no. 102], al-Ajurry dalam asy-Syari’ah [no.180], Ahmad [V/317], Abu Dawud ath-Thayalisi [no. 577], dari Sahabat ‘Ubadah bin ash-Shamit Radhiyallahu ‘anhu, hadits ini shahih)

Keawalan Nabi Muhammad saw. sebagai makhluk Allah tidak
terbukti, seandainya terbukti tidaklah berpengaruh pada
keutamaan dan kedudukannya di sisi Allah. Tatkala Allah
Ta'ala memujinya dalam Kitab-Nya, maka Allah memujinya
dengan alasan keutamaaan yang sebenarnya. Allah berfirman:

"Dan sesungguhnya kamu benar-benar orang yang berbudi
pekerti agung" (Q.s. Al-Qalam: 4).

Hal itu yang terbukti dan ditetapkan secara mutawatir. Nabi
kita Muhammad saw. adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muththalib Al-Hasyimi Al-Quraisy yang dilahirkan lantaran
kedua orang tuanya, Abdullah bin Abdul Muththalib dan Aminah
binti Wahb, di Mekkah, pada tahun Gajah. Beliau dilahirkan
scbagaimana halnya manusia biasa dan dibesarkan sebagaimana
manusia dibesarkan. Beliau diutus sebagaimana para Nabi dan
Rasul sebelumnya diutus, dan bukan Rasul yang pertama di
antara Rasul-rasul.

Beliau hidup dalam waktu terbatas, kemudian Allah
memanggilnya kembali kepada-Nya:

"Sesungguhnya kamu akan mati dan sesungguhnya mereka akan
mati (pula)." (Q.s. Az-Zumar: 30).

Beliau akan ditanya pada hari Kiamat, sebagaimana para Rasul
ditanya:

"(Ingatlah) hari di waktu Allah mengumpulkan para Rasul,
lalu Allah bertanya (kepada mereka), 'Apa jawaban kaummu
terhadap (seruan)mu?' Para Rasul menjawab, 'Tidak ada
pengetahuan kami (tentang itu) sesungguhnya Engkau-lah yang
mengetahui perkara yang gaib'." (Q.s. Al-Maidah: 109).

Al-Qur'an telah menegaskan kemanusiaan Muhammad saw. di
berbagai tempat dan Allah memerintahkan menyampaikan hal itu
kepada orang-orang dalam berbagai surat, antara lain:

"Katakanlah, 'Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia
seperti kamu, yang diwahyukann kepadaku, Bahwa sesungguhnya
Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa ...'." (Q.s. Al-Kahfi:
110).

"Katakanlah, 'Maha Suci Tuhanku, bukankah aku ini hanya
seorang manusia yang menjadi Rasul?'" (Q.s. Al-Isra': 93).

Ayat di atas menunjukkan bahwa beliau adalah manusia seperti
manusia-manusia lainnya, tidak memiliki keistimewaan,
kecuali dengan wahyu dan risalah.

Nabi saw. menegaskan makna kemanusiaannya dan penghambaannya
terhadap Allah, dan memperingatkan agar tidak mengikuti
kebiasaan-kebiasaan dari orang-orang sebelum kita, yaitu
penganut agama-agama terdahulu dalam hal memuja dan
menyanjung:

"Janganlah kamu sekalian menyanjungku sebagaimana kaum
Nasrani menyanjung Isa putra Maryam. sesungguhnya aku adalah
hamba Allah dan Rasul-Nya." (H.r. Bukhari).

Nabi yang agung ini adalah manusia seperti manusia lainnya
dan tidak diciptakan dari cahaya maupun emas, tetapi
diciptakan dari air yang memancar dan keluar dari tulang
sulbi laki-laki dan tulang rusuk wanita sebagai bahan
penciptaan Muhammad saw.

Adapun dari segi risalah dan hidayat-Nya, maka beliau adalah
cahaya Allah dan pelita yang amat terang. Al-Qur'an
menyatakan hal itu dan berbicara kepada Nabi saw.:

"Wahai Nabi sesungguhnya Kami mengutusmu untuk menjadi saksi
dan pembawa kabar gembira serta pemberi peringatan. Untuk
menjadi penyeru pada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk
menjadi cahaya yang menerangi."(Q.s. Al-Ahzab: 45-6).

Allah swt. berfirman yang ditujukan kepada Ahlulkitab:

"... Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah,
dan Kitab yang menerangkan." (Q.s. Al-Maidah: 15).

"Cahaya" dalam ayat itu adalah Rasulullah saw, sebagaimana
Al-Qur'an yang diturunkan kepada beliau adalah juga cahaya.

Allah swt. berfirman:

"Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya serta
cahanya (Al-Qur an) yang telah Kami turunkan." (Q.s.
At-Taghaabun: 8).

"... dan telah Kami turunkan kepada kamu cahaya yang
terangbenderang." (Q.s. An-Nisa': 174).

Allah telah menentukan tugasnya dengan firman-Nya:

"... Supaya kamu mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju
cahaya terang-benderang..." (Q.s. Ibrahim: 1).

Doa Nabi saw.:

"Ya Allah, berilah aku cahaya di dalam hatiku berilah aku
cahaya dalam pendengaranku dan berilah aku cahaya dalam
penglihatanku berilah aku cahaya dalam rambutku berilah aku
cahaya di sebelah kanan dan kiriku di depan dan di
belakangku." (H.r. Muttafaq Alaih)

Maka, beliau adalah Nabi pembawa cahaya dan Rasul pembawa
hidayat. Semoga Allah menjadikan kita sebagai orang-orang
yang mengikuti petunjuk cahaya dan Sunnahnya. Amin.

Bisa di artikan "Muhammad" adalah manusia biasa
Nabi Muhammad makhlu yang mengikuti qudrat Allah, yang lahir sebagai manusia dan kemudian jadi nabi. Tak ada kelebihan atas Nabi Muhammad, melainkan apa yang diterangkan Al-Quran dan Hadits Shohi. Sudah jelas Nabi Muhammad bukanlah awal atau cahaya sebagaimana yang di kabarkan para pembawa kabar palsu, tentang kenabian Muhammad shallallahu'alaihi wasallam versi kabar palsu albarzanji. Semoga Allah mengampuni dosanya al Barzanji


Posting Komentar