Keutamaan Ulama dan Larangan Mencelanya

0 komentar
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ



Ulama adalah orang-orang terpilih yang memiliki kapasitas keilmuan yang luar biasa baik dalam Islam. Melalui merekalah bagaimana silsilah ilmu keislaman bisa tersambung dari Nabi SHOLATUALAIHIWASSALAM, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, hingga kepada kita semua yang hidup pada zaman ini. Mencela mereka adalah hal yang tidak diizinkan, sebagaimana sabda Nabi SHOLATUALAIHIWASSALAM:
 “Tidak termasuk umatku orang-orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda, dan tidak mengetahui hak seorang ulama” (HR. Ahmad).
 Nabi SHOLATUALAIHIWASSALAM telah menyampaikan kepada kita semua perihal keutamaan ulama:
“Yang dapat memberikan syafa’at pada hari kiamat ada tiga; para Nabi, para ulama, dan para syuhada” (HR. Ibnu Majah).
Ulama telah berjasa besar dalam memberikan kemaslahatan umat ini. Fatwa yang mereka lontarkan bukanlah perkataan sembarangan, namun didasari ilmu yang memadai. Bisa dikatakan bahwa ulama adalah orang yang paling scientific, paling credible, dan paling ilmiah, ini dikarenakan mereka tidak berbicara dengan ra’yu dan hawa nafsu semata. Perkataan mereka berasal dari dua referensi yang pasti benar, Al Qur’an dan Sunnah Nabi. Para ulama haq adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas kemaslahatan umat, sehingga manusia tidak tersesat dalam mengarungi lautan kehidupan. Rasulullah SHOLATUALAIHIWASSALAM bersabda dalam salah satu hadistnya:

”Allah tidak akan mencabut ilmu Islam dengan mencabutnya dari manusia. Sebaliknya Allah mengambilnya dengan cara mewafatkan para ulama sehingga tidak tersisa walaupun seorang. Manusia mengangkat orang bodoh menjadi pemimpin. Apabila mereka ditanya, merekapun berfatwa tanpa ilmu. Akhirnya mereka sesat dan menyesatkan” (HR. Bukhari Muslim).
Imam Al Ajurri berkata: ”Bagaimanapun juga, ulama memiliki keutamaan yang sangat besar. Dalam usaha mereka menuntut ilmu, terdapat keutamaan. Ketika mereka bersama dengan para syaikhnya terdapat keutamaan. Ketika mereka mengingatkan satu sama lain, terdapat keutamaan. Dalam diri para ulama yang menjadi guru mereka, terdapat keutamaan. Ketika mereka mengajarkan ilmunya kepada orang-orang yang belajar kepada mereka, terdapat keutamaan. Sungguh, Allah telah mengumpulkan kebaikan kepada para ulama dalam banyak hal. Mudah-mudahan Allah memebri manfaat kepada kita dan mereka dengan ilmu” (Akhlaq Al Ulama, hal. 43-44).
Imam Abul Qasim Ali Ibnu Asakir berkata: ”Ketahuilah wahai saudaraku, sesungguhnya daging para ulama itu beracun. Permusuhan Allah terhadap orang yang melecehkan kehormatan para ulama juga sudah maklum. Dan, barangsiapa yang menyibukkan lisannya untuk menjelek-jelekkan para ulama, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya sebelum kematiannya dengan kematian hati” (http://www.almeshkat.net/indez.php)
Sheikh Al Utsaimin berkata: ”Barangsiapa yang kesukaannya adalah menjelek-jelekkan ulama dan membuat orang lain lari dari mereka, serta memperingatkan orang agar berhati-hati dengan mereka; maka sesungguhnya yang dia lukai bukan hanya seroang ulama saja, melainkan perbuatannya tersebut telah melukai peninggalan Nabi SHOLATUALAIHIWASSALAM” .
Betapa indahnya perkataan Sheikh Al Utsaimin tersebut. Beliau menyamakan ulama sebagai peninggalan Nabi SHOLATUALAIHIWASSALAM yang berharga yang Insha Allah berperan besar dalam keberlangsungan kebenaran dalam tubuh umat Islam.
Sheikh Bin Baz dikala ia ditanya mengenai kebiasaan sebagian juru dakwah yang gemar mencela ulama, beliau berkomentar:
”Menurut saya ini perbuatan yang diharamkan. Sekiranya seseorang tak dibolehkan  berbuat ghibah terhadap saudaranya sesama mukmin sekalipun dia bukan ulama, bagaimana mungkin seseorang dibolehkan meng-ghibah para ulama kaum mukminin? Allah SWT berfirman: ’Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebiasaan berburuk sangka sejauh mungkin, karena sesungguhnya sebagian dari berburuk sangka adalah dosa. Dan janganlah kalian mencari-cari kesalahan orang lain, dan jangan pula sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu, kalian tidak menyukainya. Dan takutlah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Menerima Taubat lagi Maha Penyayang.’ Dan hendaknya orang ini tahu akibat dari perbuatan buruknya, bahwasanya apabila dia menjelek-jelekkan seorang ulama, maka hal ini akan menyebabkan semua perkataan haq yang keluar dari ulama tersebut tertolak. Jika demikian, maka bencana penolakan al haq dan dosanya ditanggung oleh oranhg yang suka menjelek-jelekkan ulama ini. Sebab, realitanya, menjelek-jelekkan ulama bukan hanya menjelek-jelekkan pribadi ulama bersangkutan, melainkan hal ini sama saja dengan melecehkan peninggalan Nabi SHOLATUALAIHIWASSALAM.” (Fatawa Al Ulama’ Haula Ad Da’wah wa Al Jama’at Al Islamiyah, hal. 65)
DR. Husamuddin Affanah berkata: ”Tidak diragukan lagi, bahwa memuliakan dan menghormati ulama adalah salah satu perkara yang diwajibkan oleh syari’at, meskipun mereka berbeda pendapat dengan kita. Sebab, ulama adalah pewaris para Nabi, dan para Nabi telah mewariskan ilmunya kepada mereka. Sehingga, para ulama memiliki kehormatan yang harus kita junjung tinggi.” (http://almeshkat.net/index.php)
Insya Allah, pendapat para ulama di atas yang mana mereka dengan tegas melarang celaan terhadap ulama adalah mendekati kebenaran sesuai apa yang telah disabdakan Nabi SHOLATUALAIHIWASSALAM. Memang disayangkan, kita sering melihat para da’i dan mubaligh yang dengan mudahnya mengklaim bahwa ulama ini dan itu adalah keliru dan salah bahkan menyesatkan. Pendapat seorang ulama itu bisa tertolak apabila menyelisihi syari’at, namun jangan segan untuk menerimanya apabila ternyata selaras dengan Al Qur’an dan Sunnah. Semoga hal ini bisa dijadikan pelajaran yang sangat berharga bagi para thalibul imi agar bisa menjaga lisannya.
Hanya kepada Allah semata kita meminta ampunan bagi kesalahan yang kita perbuat baik itu disadari maupun tak disadari…


والله أعلمُ بالـصـواب


Posting Komentar