بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
Di manakah Najd?
Menarik
sekali! Sejumlah orang berusaha mengaitkan Najd yang disebutkan dalam
sebuah hadits dengan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Hadits tersebut adalah sebagai berikut (artinya),
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna yang berkata, telah
menceritakan kepada kami Husain bin Hasan yang berkata, telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Aun dari Nafi’ dari Ibnu Umar yang
berkata, [Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam] bersabda “Ya Allah berilah
keberkatan kepada kami, pada Syam kami dan pada Yaman kami”. Para
sahabat berkata “dan juga Najd kami?”. Beliau bersabda “di sana muncul
kegoncangan dan fitnah, dan di sanalah muncul tanduk setan” [Shahih Bukhari 2/33 no 1037]
Alasan pengaitan itu adalah, bahwa wilayah Najd terletak persis di sebelah timur kota Madinah, posisi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
ketika bersabda. Sedangkan Kufah (Irak), yang sering disebut oleh
sejumlah ulama sebagai tafsir dari Najd, dianggap tidak meyakinkan
karena terlalu jauh melenceng dari arah timur, tempat matahari terbit
(matahari dipahami terbit di antara dua tanduk setan). Perhatikanlah
peta berikut ini.
Maksud
dari pengaitan itu adalah untuk melemparkan fitnah, bahwa dakwah salaf
yang kini mendunia itu adalah dakwah yang mengandung fitnah, karena ia
lahir dari wilayah yang telah ditunjuk oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai sumber fitnah!
Maka persoalannya adalah: Di manakah sebenarnya Najd yang dimaksudkan di dalam hadits di atas?
Menyatakan bahwa hadits di atas dimaksudkan persis kepada wilayah Najd Hijaz (Arab Saudi) jelas keliru, karena Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam juga telah bersabda dengan menggunakan istilah “timur” (masyrik) untuk posisi yang sama sekali tidak persis timur, yaitu:
"Dajjal akan muncul ke bumi dari arah timur bernama Khurasan." (HR. Tirmidzi dari Abu Bakar as-Siddiq)
Lihatlah peta, Khurasan tidak segaris dengan Madinah dan Najd Hijaz, ternyata disebut juga dari arah timur!
Dalam
hal ini, pendapat para ulama Saudi adalah yang paling tepat, bahwa
timur (arah matahari terbit) pada hadits di atas dapat merujuk kepada
wilayah timur secara umum, meliputi wilayah timur yang dekat (seperti
Najd Hijaz tempat kelahiran Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab),
pertengahan (seperti Irak), maupun yang jauh (seperti Iran-Persia).
Bagaimana pun, mereka adalah generasi ulama yang hidup di akhir zaman.
Mereka telah melihat sejarah kaum Muslimin selama lebih dari 14 abad dan
melihat bagaimana hadits-hadits Nabi SAW mewujud satu demi satu menuju
titik perhentian terakhir. Dengan demikian pemahaman mereka terhadap
realitas atas umat ini jauh lebih baik daripada pemahaman generasi ulama
pendahulunya, sehingga logis pula jika pendapat mereka lebih akurat. Wallahua’lam.
Adalah
sangat mungkin bahwa ketika para sahabat bertanya tentang Najd, yang
mereka maksudkan adalah memang Najd Hijaz. Akan tetapi Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam menjawab dengan jawaban yang lebih “mendalam,” yang maknanya terentang sejak zaman para sahabat hingga akhir zaman. Wallahua’lam.
Di
lain pihak, tentu saja sangat tidak logis jika Iran (Persia)
dikeluarkan dari negeri sumber fitnah! Bagaimana mungkin negeri tempat
keluarnya “datuknya” fitnah, fitnah Dajjal, tidak dimasukkan ke dalam
kandidat negeri Najd tersebut? Ia wajib dimasukkan! Oleh karena itu,
kini kita memiliki tiga kemungkinan wilayah Najd yang dimaksudkan di
dalam hadits di atas, yaitu Najd Hijaz, Irak, dan Iran.
Sesungguhnya
kita dapat mengetahui wilayah mana yang dimaksudkan di dalam hadits di
atas dengan memperhatikan batasan yang termuat di dalam hadits tersebut,
yaitu wilayah itu:
1. berada di wilayah timur;
2. melahirkan fitnah;
3. banyak keguncangan / gempabumi.
Batasan
di atas perlu disempurnakan dengan menambahkan satu batasan lagi,
yaitu “tempat yang tinggi/dataran tinggi,” karena menurut bahasa Arab,
sebagaimana telah dijadikan rujukan oleh para ulama ketika menafsirkan
Najd, kata Najd berarti “semua tempat yang tinggi.”
Dengan demikian, batasan itu secara lengkap menjadi:
1. berada di wilayah timur;
2. melahirkan fitnah;
3. banyak keguncangan / gempabumi;
4. berada di wilayah yang tinggi.
Setelah
mendapatkan empat variabel pengujian di atas, kita masih perlu
mendefinisikan rentang waktu pengujian. Mengingat isu Najd ini
dilontarkan untuk melemparkan fitnah kepada dakwah manhaj salaf, maka
rentang waktu pengujian adalah rentang waktu ketika dakwah tersebut
mulai bergema ke seluruh dunia, yaitu sejak awal abad XX M hingga hari
ini. Rentang waktu ini akan kita terapkan secara konisisten pada ketiga
kandidat Najd di atas.
OK, tanpa perlu membuang-buang waktu marilah segera kita lakukan pengujian pada kandidat pertama:
Najd Hijaz (di Arab Saudi)
Variabel “Arah Tanduk Setan, yang berarti Arah Sebelah Timur Madinah”
Najd memang berada di sebelah timur Madinah, dengan demikian ia memenuhi kriteria ini.
Variabel “Tempat Munculnya Fitnah”
Fitnah yang terbesar adalah kesyirikan. Oleh karena itu kesyirikan akan menjadi tolok ukur dari beratnya sebuah fitnah.
Pada
kenyataannya, Arab Saudi adalah satu-satunya negara di dunia saat ini
yang paling konsisten dalam menjaga tauhid dan menghancurkan kesyirikan.
Setiap kesyirikan dan kemurtadan yang tertangkap oleh petugas yang
berwenang akan berkonsekuensi pada hukuman mati. Bukankah kita beberapa
kali mendengar, bahwa TKW asal Indonesia yang tertangkap membawa
buntelan jimat akan segera diproses untuk dihukum mati? Oleh karena itu,
merupakan suatu kekeliruan secara mutlak menyatakan Najd secara khusus
atau Arab Saudi secara umum merupakan tempat lahirnya fitnah, khususnya
pada satu abad terakhir.
Variabel “Gempabumi”
Jika
kita periksa data-data dari U.S. Geological Survey, kita tidak
menemukan data gempabumi yang termasuk “historic earthquakes” untuk Arab
Saudi. Oleh karena itu kami mencoba mencarinya melalui mesin pencari
google untuk data-data gempabumi yang beskala lebih kecil, dan ditemukan
berita gempabumi sebagai berikut:
- 19 May 2009, Western Saudi Arabia – M 4,9
Lokasinya adalah medan lava Al Harrat AS-Shaqqah sebelah barat laut Arab Saudi, sebelah timur pelabuhan Laut Merah Umm Lajj.
Penjelasan dari gempabumi tersebut datang hampir setahun kemudian di dalam artikel berjudul, “Volcanic
activity in Arabian Desert makes Case for Increased Monitoring”
(Aktivitas vulkanik di Gurun Arabia membuatnya layak untuk ditingkatkan
pengamatannya, diterbitkan oleh U.S. Geological Survey pada 28 September 2010)
Dilaporkan,
“Para ilmuwan dari U.S. geological Survey bekerjasama dengan Saudi
Geological Survey menyepakati bahwa aktivitas seismik (yang terjadi
setahun yang lalu) adalah konsisten dengan aktivitas vulkanik, dan
menggunakan gambar-gambar yang dihasilkan satelit untuk memastikannya.
Gambar-gambar oleh satelit menunjukkan bahwa permukaan bumi benar-benar
terangkat oleh magma yang bergerak di bawah permukaan tanah.
Medan
lava di Arab Saudi diperkirakan masih berusia muda dalam skala geologi,
dengan letusan yang terkenal dekat Madinah terjadi pada 1256 M; suatu
kejadian yang dianggap baru jika dibandingkan dengan usia Bumi 4,6
milyar tahun. Walaupun umat manusia belum pernah lagi menyaksikan
aktivitas vulkanik di wilayah ini selama ratusan tahun, para ilmuwan
mengatakan kita jangan merasa terkejut (jika terjadi letusan gunung api
lagi).”
Terkait dengan insiden di atas, muncul berita berjudul, “Fear and trembling in Saudi Arabia,” (Ketakutan dan gemetar di Arab Saudi, The Media Line, 26 Juni 2011)
“Insiden
(dua tahun yang lalu) mungkin telah dilupakan, kecuali sebuah surat
kabar Saudi minggu lalu menyebutkan peringatan dari Profesor Ali Adnan
Eshky dari Universitas King Abdul Aziz bahwa akan terjadi suatu ‘letusan
gunung api’ antara kota suci Mekkah dan Madinah kira-kira dua tahun
mendatang. Ia mendasarkan prediksinya berdasarkan laporan oleh US dan
Saudi Geological Survey.”
Kami mengira, wallahu’alam,
gempa itu adalah sebuah sinyal peringatan dini untuk sebuah kejadian
penting yang akan terjadi di masa depan yang dekat, sebagaimana yang
telah disampaikan oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam dalam sabda beliau (artinya),
“Tidaklah
setiap negeri melainkan Dajjal akan menginjakkan kakinya di sana
kecuali Mekkah dan Madinah. Dan tidaklah setiap pintu masuk kota
tersebut melainkan ada para malaikat yang berbaris menjaganya. Lalu
Dajjal singgah di Sapha, kemudian Madinah berguncang tiga kali dan melemparkan setiap orang kafir dan munafik dari dalamnya menuju ke tempat Dajjal." (HR. Muslim dari Anas bin Malik)
Jika kita dapat mengonfirmasi bahwa tahun 2012 (barangkali dampaknya akan terlihat mulai 2013, wallahua’lam)
curah hujan berkurang sebanyak 1/3 dari curah hujan normal (para
ilmuwan telah menuding Badai Matahari akan menjadi penyebab kekacauan
iklim), maka setelah tahun ketiga kita akan mendapati Dajjal telah
muncul berdasarkan hadits berikut ini (artinya),
“Sesungguhnya
menjelang kemunculan Dajjal ada tiga tahun yang sangat berat. Pada
tahun-tahun tersebut, manusia dilanda bencana kelaparan. Pada tahun
pertama, Allah memerintahkan langit untuk tidak menurunkan sepertiga
hujannya, dan memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan sepertiga
tetumbuhannya. Pada tahun kedua, Allah memerintahkan langit untuk tidak
menurunkan dua pertiga hujannya, dan memerintahkan bumi untuk tidak
menumbuhkan dua pertiga tetumbuhannya. Pada tahun ketiga, Allah
memerintahkan langit untuk tidak menurunkan semua hujannya, dan Allah
memerintahkan bumi untuk tidak menumbuhkan semua tetumbuhannya sehingga
tumbuhan hijau tidak tumbuh. Akibatnya, hewan-hewan ternak semuanya
binasa dan mati kecuali yang dikehendaki hidup oleh Allah.” Beliau
ditanya, “Apa yang membuat manusia hidup pada zaman itu?” Beliau
menjawab, “Tahlil, takbir, dan tahmid. Itu semua mencukupi mereka
seperti halnya makanan.” (HR. Ibnu Majjah, Ibnu Khuzaimah, dan Haklim
dari Abu Umamah)
Sedangkan
perkiraan berdasarkan rentang waktu antara satu kejadian dan
kejadian-kejadian lainnya berdasarkan hadits-hadits yang relevan dengan
peristiwa keluarnya Dajjal nampaknya telah “cocok.” Jadi, prediksi Prof.
Ali Adnan Eshky akan adanya gempabumi antara Mekkah dan Madinah di atas
agak sedikit terlalu dini. Wallahua’lam.
Yang
menarik, orang-orang kafir dan munafik akan pontang-panting melarikan
diri ke luar kota Madinah ketika terjadi gempa tersebut. Mengapa
demikian? Karena mereka bukanlah pengikut Sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam,
sehingga mereka tidak mengetahui bahwa hal yang terbaik ketika itu
adalah justu tinggal di kota Madinah. Sedangkan jika mereka keluar kota
Madinah, mereka justru akan menjadi sasaran empuk fitnah Dajjal.
Di
Arab Saudi terdapat sesar (fault line) yang dapat memicu gempabumi,
yaitu sesar Najd, yang membentang dari gurun di sebelah timur Mesir
hingga gurun di sebelah barat Arab Saudi. Hingga hari ini sesar tersebut
masih tertidur lelap. Mengapa demikian? Karena sesungguhnya aktif
tidaknya sebuah sesar, bahkan pergerakan setiap partikel yang ada di
alam semesta ini, adalah dengan ketetapan Allah. Sedangkan di antara
Sifat-sifat Allah adalah Maha Mensyukuri (As-Syakuur). Maka Allah
membalas upaya (pemerintah) Saudi yang teguh dalam memurnikan ajaran
Islam, dengan menahan sesar Najd tersebut. Insya Allah tidak akan
terjadi bahaya sepanjang mereka tetap teguh di atas pemahaman agama yang
lurus dan bersih dari syirik dan bid’ah.
Variabel “Dataran tinggi”
Marilah kita periksa peta topografi Najd sebagai berikut:
Di
sebelah timur Madinah, terdapat dataran dengan ketinggian 500 m - 1000
m. Marilah kita bermurah hati dengan mengatakan bahwa Najd memang
memenuhi kriteria ini, yaitu berada di dataran tinggi.
Kesimpulannya, dari keempat kriteria di atas, Najd Arab Saudi hanya memenuhi dua kriteria.
Najd Irak
Variabel “Arah Tanduk Setan, yang berarti Arah Sebelah Timur Madinah”
Kami
membenarkan pendapat para ulama, bahwa Irak terletak di sebelah timur
Madinah, dengan pertimbangan Khurasan yang tidak persis berada di
sebelah timur Madinah juga disebut oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam sebagai “dari timur.”
Variabel “Munculnya Fitnah”
Pada
satu abad terakhir, terjadi fitnah nasionalisme, baathisme,
pemberontakan suku Kurdi, perang Irak I, II, dan Perang Irak-Iran.
Apakah
ini termasuk ke dalam kategori fitnah yang dimaksudkan dalam hadits di
atas? Mungkin ya, mungkin tidak, akan tetapi kurang meyakinkan karena
gemanya relatif tidak kuat di dunia Islam (bandingkan dengan isu
Palestina, misalnya). Wallahua’lam.
Variabel “Gempabumi”
U.S.
Geological Survey tidak memiliki catatan “historic earthquakes” untuk
Irak. Oleh karena itu kami mencoba menelusurinya melalui mesin pencari
google. Pada umumnya gempabumi yang kerap terjadi adalah pada
wilayah-wilayah perbatasan Irak-Turki dan Irak-Iran, yang secara legal
tidak termasuk wilayah Irak.
Gempabumi yang secara khusus termasuk ke dalam wilayah Irak adalah:
- 28 Agustus 2008, gempabumi menerjang Irak selatan, 40 km ke arah barat kota Amarah. Kantor berita Irak menyebutkan gempa berkeuatan 5,1 tetapi U.S. Geological Survey menyebut angka 5,7.
- 18 Juli 2009, terjadi gempabumi di sebelah utara Irak berkekuatan 5,2 pada 20:32:27 waktu lokal.
Pada
kriteria ini, Irak yang diperkirakan teritorialnya tidak jauh berbeda
dengan Irak dalam pemahaman generasi pertama kaum Muslimin, tidak dapat
dikategorikan sebagai wilayah yang sering terjadi guncangan (gempabumi)
dalam rentang waktu sejak awal abad XX M.
Variabel “Dataran tinggi”
Marilah kita periksa peta topografi Irak sebagai berikut:
Sebagian
besar wilayah Irak merupakan dataran rendah kecuali pada perbatasan
dengan Iran di sebelah utara. Oleh karena itu Irak tidak memenuhi
kriteria untuk disebut sebagai wilayah dataran tinggi.
Kesimpulannya, dari keempat kriteria di atas, Najd Irak hanya memenuhi dua kriteria.
Najd Iran
Variabel “Arah Tanduk Setan, yang berarti Arah Sebelah Timur Madinah”
Posisi Iran (Persia) telah dikonfirmasi oleh hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam berikut ini (artinya),
"Dajjal akan muncul ke bumi dari arah timur bernama Khurasan." (HR. Tirmidzi dari Abu Bakar as-Siddiq ra)
Variabel “Munculnya Fitnah”
Seseorang di Iran (Persia) telah mengeluarkan ucapan sebagai berikut:
“Sesungguhnya di antara keharusan madzhab kami, bahwa para imam kami mempunyai posisi yang tidak dicapai oleh malaikat atau nabi dan rasul. Berdasarkan kepastian yang ada pada kami tentang berbagai riwayat dan hadits, maka Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan para imam ‘Alaihimus Salaam adalah cahaya sebelum alam ini diciptakan Allah.”
“Mohon
pertolongan dan minta bantuan kepada orang yang meninggal bukan syirik.
Sebab syirik adalah mohon pertolongan dan meminta bantuan kepada selain
Allah dan meyakininya sebagai Allah. Jika tidak demikian, maka bukan
syirik. Karena itu, tidak ada perbedaan antara orang yang hidup dan
orang yang meninggal, hingga meskipun dia meminta keperluan kepada batu
atau tanah liat, padahal demikian itu adalah sia-sia dan batil. Dan kami
mohon pertolongan dan minta bantuan kepada arwah para nabi dan para
imam karena Allah memberikan kekuasaan dan kemampuan.”
Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah berfirman (artinya),
“Yang mereka sembah selain Allah itu tak lain hanyalah inaatsan (berhala), dan mereka tidak lain hanyalah menyembah setan yang durhaka,” (QS. An-Nisaa’: 117)
Allah
menyebut aktivitas ibadah orang-orang musyrik Mekkah sebagai menyembah
berhala, sesembahan selain Allah tempat mereka memohon pertolongan;
padahal para penyembah berhala itu sama sekali tidak menganggap bahwa
berhala tersebut sebagai Allah. Berdasarkan fatwa orang yang kami kutip
di atas, orang-orang-orang musyrik Mekkah yang Allah sendiri telah
menyatakan mereka sebagai musyrik, penyembah berhala, bukan terkategori
musyrik menurut pembuat fatwa di atas!!!
Tahukah anda siapa yang mengucapkan kalimat-kalimat kufur di atas? Khumaini!!! (Prof. Dr. Ali Ahmad As-Salus, Ensikplopedi Sunnah-Syiah, Pustaka Al-Kautsar, Maret 2001, hal. 471)
Dalam
hal ini berlaku pepatah, “Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.”
Kalau imam besarnya saja sudah demikian rusak aqidahnya, dapatkah anda
membayangkan kerusakan yang disebarkan oleh para muridnya yang berdakwah
di negeri-negeri Muslim seperti negeri kita ini? Maka berhati-hatilah
terhadap mereka!
Dengan demikian, Iran (Persia) adalah wilayah sumber fitnah bagi seluruh dunia Islam.
Variabel “Gempabumi”
U.S.
Geological Survey memiliki catatan “historic earthquakes” untuk Iran
sebagai berikut (agar konsisten dalam rentang waktu, kami menghapus data
gempabumi sebelum tahun 1900):
· 1909 01 23 - Silakhor, Iran (Persia) - M 7.3 Fatalities 6,000
· 1923 05 25 - Torbat-e Heydariyeh, Iran - M 5.7 Fatalities 2,200
· 1929 05 01 - Koppeh Dagh, Iran (Persia) - M 7.4 Fatalities 3,800
· 1930 05 06 - Salmas, Iran (Persia) - M 7.2 Fatalities 2,500
· 1947 08 05 - Pasni, Iran - M 7.3
· 1953 02 12 - Torud, Iran - M 6.5 Fatalities 970
· 1957 07 02 - Mazandaran, Iran - M 7.1 Fatalities 1,200
· 1957 12 13 - Sahneh, Iran - M 7.1 Fatalities 1,130
· 1962 09 01 - Qazvin, Iran - M 7.1 Fatalities 12,225
· 1965 02 10 - Bostanabad-e Bala, Iran - M 5.1 Fatalities 20
· 1968 08 31 - Dasht-e Bayaz, Iran - M 7.3 Fatalities 12,000
· 1972 04 10 - southern Iran - M 7.1 Fatalities 5,054
· 1976 11 24 - Turkey-Iran border region - M 7.3 Fatalities 5,000
· 1978 09 16 - Iran - M 7.8 Fatalities 15,000
· 1981 06 11 - southern Iran - M 6.9 Fatalities 3,000
· 1981 07 28 - southern Iran - M 7.3 Fatalities 1,500
· 1990 06 20 - Western Iran - M 7.4 Fatalities 50,000
· 1997 05 10 - Northern Iran - M 7.3 Fatalities 1,567
· 2002 06 22 - Western Iran - M 6.5 Fatalities 261
· 2003 12 26 - Southeastern Iran - M 6.6 Fatalities 31,000
· 2004 05 28 - Northern Iran - M 6.3 Fatalities 35
· 2005 02 22 - Central Iran - M 6.4 Fatalities 612
· 2005 11 27 - Southern Iran - M 6.0 Fatalities 13
· 2006 03 31 - Western Iran - M 6.1 Fatalities 7
Jelas sekali, Iran (Persia) adalah sumber keguncangan (gempabumi).
Maka janganlah heran jika terjadi insiden Fukushima versi Iran!
Variabel “Dataran tinggi”
Marilah kita periksa peta topografi Iran (Persia) sebagai berikut:
Iran jelas merupakan wilayah berdataran tinggi.
Dengan demikian, dengan sangat meyakinkan, Iran (Persia) memenuhi semua kriteria ini.
Resume dari ketiga kemungkinan lokasi Najd dituangkan ke dalam tabel berikut ini.
Variabel
|
Arab Saudi
|
Irak
|
Iran
|
Arah sebelah timur
|
ya
|
ya
|
ya
|
Munculnya fitnah
|
tidak
|
kurang meyakinkan
|
ya
|
Gempabumi
|
tidak
|
tidak
|
ya
|
Dataran tinggi
|
ya, khusus wilayah Najd
|
tidak
|
ya
|
Ternyata,
dari ketiga kandidat Najd, hanya Iran (Persia) yang secara telak
memenuhi kriteria ini. Dengan demikian, Iranlah yang dimaksudkan pada
hadits di atas, khususnya pada zaman kita hidup ini. Wallahua’lam.
Di
masa lalu, ketika nabi palsu Musailamah al-Kadzab muncul di wilayah
Najd Hijaz, barangkali wilayah itu memang kerap terjadi gempa, sehingga
memenuhi semua kriteria pada hadits di atas. Akan tetapi, kami tidak
memiliki sarana untuk membuktikannya. Wallahua’lam.
Di
masa kini, dengan berputarnya waktu, posisi “timur” tersebut telah
bergesar sesuai zamannya. Bagaimana mungkin Musailamah al-Kadzab
dimasukkan ke dalam sumber fitnah yang dikaitkan dengan wilayah tempat
asalnya, sedangkan ia hanya satu dari sekitar 30 nabi palsu yang
sebagiannya muncul di tempat-tempat yang sangat jauh dari Hijaz (seperti
Mirza Gulam Ahmad muncul di anak benua India serta nabi-nabi palsu di
negeri kita ini), sementara “mbahnya” Musailamah ada di Iran (Persia)
dalam wujud Dajjal yang akan muncul tak lama lagi, lalu kita mengabaikan
Iran (Persia)?
Iran
(Persia) adalah negeri yang sangat kondusif bagi tempat bermainnya
Dajjal. Itulah sebabnya selain hadits yang telah disebutkan di atas
(mengenai Khurasan), terdapat juga hadits lainnya yang juga menyangkut
hubungan khusus antara Dajjal dan Iran (Persia), yaitu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda (artinya),
"Dajjal akan diikuti oleh 70.000 Yahudi dari kota Isfahan, mereka memakai Al-Tayalisah." (HR. Muslim dari Anas bin Malik)
Sebagaimana
diketahui, Iran adalah pusat komunitas Yahudi terbesar di Timur Tengah
di luar Israel, khususnya di kota-kota Teheran, Isfahan, dan Shiraz.
Komunitas Yahudi mendapat alokasi satu kursi di Parlemen Iran. Hubungan
komunitas Yahudi yang tinggal di Israel dan Iran sangatlah erat.
Komunitas Yahudi Iran dapat datang dan pergi secara bebas ke Israel.
Daya tarik Iran bagi Yahudi (Wikipedia: Persian Jews)
“Hampir
setiap kota di Iran mempunyai daya tarik Yahudi, berupa makam atau
situs bersejarah. Yang terkenal di antaranya adalah Esther dan Mordechai
dan Habakkuk di Hamedan, makam Nabi Daniel di Susa, dan mausoleum
‘Peighambariyeh’ (tempat para nabi) di Qazvin.
Juga
terdapat makam-makam beberapa ulama Yahudi yang terkemuka seperti Harav
Ohr Shraga di Yazd dan Hakham Mullah Moshe Halevi di Kashan, yang juga
dikunjungi kaum Muslim (baca: kaum Syi’ah) Iran.”
والله أعلمُ بالـصـواب
Posting Komentar